Ikhtiar Berkebun Pisang
Pekerjaan saya sehari-hari berkaitan dengan IT. Hobby saya membaca buku, traveling dan bertani. Sebagai pengimbang pressure pekerjaan dibidang IT, saya memilih bertani dan beternak.
Diantara sekian banyak tanaman buah dan sayuran, tanaman pisang yang menjadi pilihan saya. Saya jadi ingat cerita orang yang percaya pada peramal, “Kamu cocok bisnis yang berkaitan dengan air”. Bisa jadi dia bisnis kolam renang atau air isi ulang atau jual air mineral atau malah bisnis dibidang perikanan atau akuarium.
Saya pernah merasa antara mimpi dan ngelindur (hehehe…) mendapat pesan bahwa pisang bisa cocok sebagai usaha saya.
Saya jadi ingat saat saya bertemu dengan salah seorang rekanan prinsipal di sebuah tempat makan di Pacific Place Jakarta. Sementara mereka memilih makanan ringan yang kebanyakan berasal dari kentang, saya dengan mantap bertanya pada pelayannya, “Kalau pisang goreng ada?”.
Baik rekanan prinsipal maupun pelayan agak tersenyum simpul. Mungkin mereka ngikik, “Ini orang kampung mana sih, kok pesan pisang goreng disini…”
Padahal, saya tidak peduli soal nama. Kamu sebut namanya pisang goreng ataupun banana fritters atau nama apapun, silakan saja. Kalau memang ada, kan saya bisa pesan itu.
Karena tidak ada pisang goreng, akhirnya saya pesan yang lain. Setelah pelayan pergi, rekanan prinsipal bertanya, “Pak Vavai suka pisang goreng ya?”
Mas Arif Rahman yang menemani saya saat itu menjawab, “Pak Vavai punya perkebunan pisang bu…”
Hahaha, jawabannya kayak jawaban crazy rich, padahal kebunnya cuma secuil.
Kalau dalam konteks fakta dan ilmiah, pisang menjadi pilihan karena hal-hal sebagai berikut :
Berkebun pisang bukannya tanpa resiko. Sama seperti usaha lain, selalu ada resikonya, antara lain :
- Kena penyakit/hama tanaman. Terutama penyakit layu pucuk/fusarium. Kalau kena penyakit ini, pohon pisang mati layu sebelum berbuah bahkan saat berbuah saja bisa mati daunnya kuning dan layu
- Harga jual jatuh
Banyak yang membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) usaha kebun pisang dengan mendasarkan pada estimasi pendapatan mengacu pada harga pisang di mall atau toko buah. Padahal hingga pisang sampai ke toko buah tentu melewati beberapa proses. - Jika harga 1 sisir pisang mas kirana di toko buah seharga 40 ribu rupiah, bisa jadi harga di kebun hanya setengahnya. Karena ada estimasi pembagian keuntungan di pedagang perantara maupun perhitungan biaya transportasi.
- Itu sebabnya saya niatan buat belajar membuat sale pisang, keripik pisang, mendatangkan mesin pemotong keripik+perajangan dan mesin penghancur gedebong dan tangkai buah pisang untuk pupuk sebagai antisipasi jika produksi panen berlimpah.
Kalkulasi saya dalam ikhtiar berkebun pisang sebenarnya sederhana. Misalnya pisang diatur dalam jarak tanam 2 X 2 meter (normalnya 3X3 meter, di saya menggunakan skema 2 X 3 meter), maka dalam 100 meter lahan logikanya bisa mendapatkan 25 batang pohon pisang (asumsi ditanam sampai pinggir lahan).
Berarti 1 rumpun pohon pisang bertanggung jawab untuk Break Even Point (BEP) untuk 4 meter persegi lahan. Jika harga lahan misalnya 250 ribu rupiah per meter (supaya lebih mudah kalkulasi), maka 1 rumpun pohon pisang harus menanggung biaya lahan sebesar 1 juta rupiah, belum termasuk biaya tanam dan perawatan.
Anggaplah 1 sisir pisang harganya 20 ribu rupiah dan 1 tandan buah pisang rata-rata sebanyak 5 sisir, maka dari 1 tandan buah pisang hasilnya adalah 100 ribu rupiah. Berarti untuk BEP lahan, perlu panen 10X baru bisa BEP lahan, diluar biaya tanam dan perawatan.
Saat pertama kali tanam, bibit pisang akan butuh waktu sekitar 8–12 bulan untuk berbuah dan panen. Waktunya bisa lebih lama jika bibitnya berasal dari bibit bonggol yang lebih kecil. Tapi untuk berikutnya, masa panen akan lebih singkat, karena dalam 1 rumpun ada banyak anakan pisang. Kita bisa atur agar ada pergiliran. Saat 1 pohon sedang berbuah, pohon lain sudah siap-siap menyusul dan ada juga pohon remaja/anakan
Dalam 1 rumpun disisakan 3–4 pohon saja. Misalnya diatur sebagai berikut :
- Pohon berbuah
- Pohon muda siap berbuah
- Pohon remaja
- Pohon anakan
Sambil menunggu berbuah dan sambil merawat kebun, kita bisa juga menjual bibit anakan pisang dan menjual daun pisang
Bisa juga membuat kolam ikan di tengah kebun, sebagai sumber air sekaligus memberantas nyamuk, menghindari air tergenang, menampung dan menyimpan air lebih sekaligus untuk untuk pelihara ikan.
Angka-angka diatas memang kalkulasi kasar dan disederhanakan, hanya sebagai gambaran biaya dan pemasukan jika memiliki niat berkebun pisang.
Bonus : Suasana kebun pisang Akhir Juni 2020
Originally published at https://www.vavai.com.