Petani, Sawah dan Padi

Masim “Vavai” Sugianto
4 min readNov 1, 2022

--

Originally published at Jurnal Kehidupan Vavai.

Namanya pak Agus, tapi saya dan adik saya Qchen membahasakan namanya “Bang Agus”

Bang Agus adalah kawan pak Amoy dan tinggal di Batujaya Karawang. Pak Amoy biasa mengurus rumah kabin Zeze Zahra dan lingkungan sekitarnya.

Bang Agus diminta tolong untuk mengurus sawah di dekat rumah kabin Zeze Zahra. Ada 4 petak sawah seluas setengah hektar (5000 m2) yang dikelola oleh bang Agus.

Pak Amoy dan keluarga juga masih mengelola sawah namun lokasinya terpisah. Sebagian ada didekat rumah pak Amoy dan sebagian ada di dekat rumah kabin Zeze Zahra.

Sebelum merawat dan mengurus sawah di dekat rumah kabin Zeze Zahra, bang Agus bekerja serabutan. Kadang membantu mengurus sawah orang lain atau menjadi petani penggarap musiman. Jumlahnya juga tidak banyak sehingga penghasilannya jadi tidak menentu.

Karena berteman dengan pak Amoy dan keluarga, akhirnya bang Agus kenal dengan saya dan Qchen. Awalnya bang Agus sering membantu jika ada pekerjaan di rumah kabin Zeze Zahra, sampai kemudian lama-lama dipercayakan untuk mengurus sawah.

Orangnya telaten. Saat sawah di tempat lain kurang bagus hasilnya, sawah yang diurus bang Agus hasilnya lebih baik.

Kemarin saya diajak melihat sawah yang ia kelola. Saya awalnya menggunakan sandal namun akhirnya nyeker dan sandalnya saya tinggal di pematang sawah. Lebih mudah berjalan tanpa alas kaki di pematang sawah. Apalagi telapak kaki saya juga telapak kaki kasar, bukan telapak kaki yang sering perawatan di salon, hehehe…

Bang Agus menunjukkan gubuk sederhana tempat ia menjaga sawah yang hendak panen dari serangan hama burung pipit. Kadang malam menginap di rumah kabin, pagi sampai siang di gubuk tersebut kemudian pulang dan sore kembali lagi.

Saya lihat kualitas padi disawah yang dikelola bang Agus memang bagus. Jarak antar blok (di sawah biasanya ada satu larikan kemudian diberi jarak untuk penyemprotan hama atau penyiangan gulma) yang hampir tertutup padi yang mulai menguning. Airnya juga sudah mulai kering dan itu bagus karena saat dipanen, sawah memang sebaiknya dikeringkan.

Kesempatan kemarin sekalian jadi kesempatan ngobrol soal keseharian, soal keluarga dan juga soal relasi Zeze Zahra dan bang Agus termasuk dengan semua yang membantu pengelolaan sawah, rumah kabin, hewan ternak dan kebun Zeze Zahra.

Banyak kawan-kawan yang punya sawah jauh dari tempat tinggal dan hasilnya sukar diharapkan karena petani penggarapnya katanya susah dipercaya. Kadang bilang panen kena hama dan kadang juga bilang panen gagal. Ahamdulillah hal tersebut tidak terjadi di Zeze Zahra

Saya pernah wawancara pak Amoy soal saling percaya ini di video berikut : Wawancara dengan Petani Veteran #1 : Tips Pengelolaan Sawah & Asset Lainnya
https://youtu.be/YMhX0UM3S8U

Saya senang melihat ke sawah. Jalan-jalan ke sawah. Dulu waktu masih kecil, baba (bapak) pernah mengajak saya ke sawah. Saat itu baba punya sawah gadai, jadi pemilikan sawahnya temporer. Itupun sudah membuat saya senang, karena saat baba mengurus sawah, saya mencari ikan dan keong dan main lumpur.

Saat enyak (ibu) saya merenovasi rumah dan membuat garasi, enyak bilang garasi tidak usah diisi mobil. Isi saja dengan padi dan enyak akan senang sekali. Mungkin hal ini kepikiran oleh enyak karena masa kecilnya adaah masa sulit dan punya padi adalah keistimewaan.

Saya masih mengalami masa-masa ngelajo (penglajo) yaitu penggarap musiman yang membantu panen sawah dan hasilnya dibagi dengan pembagian 1:5 atau 1:6. Dapatnya sedikit sekali padahal capek. Namanya juga membantu panen, hasilnya tidak seberapa. Hasil yang tidak seberapa itu sangat dihargai karena pekerjaannya melelahkan.

Hasil sedikit dari ngelajo itu dikumpulkan sampai bisa dapat setengah karung atau sekarung padi. Padi itu disimpan oleh enyak dan baba sebagai cadangan masa paceklik.

Sampai saat ini hasil panen padi di Karawang jarang sekali dijual. Saya masih ingat pesan enyak dan baba dan mencadangkan sebagian besar padi sebagai cadangan di masa sulit. Padi hanya dijual atau dikeluarkan jika ada penggantinya. Kadang ada juga yang dijual karena kualitas padinya kurang bagus, misalnya terendam atau rebah saat hendak dipanen. Kalau padi terendam atau rebah, biasanya kualitas padi kurang bagus. Kadang berasnya jadi agak kuning atau hitam dan kadang pecah jadi menir saat digiling jadi beras.

Saat masa sulit pandemi covid atau jaga-jaga kemungkinan resesi, biasanya sebagian padi dicadangkan untuk yayasan Ultima Insani Madania agar bisa membantu keluarga, saudara atau tetangga yang situasinya kurang beruntung.

Semoga hasil panennya bagus dan berkah buat semua pihak yang terlibat.

--

--

Masim “Vavai” Sugianto

Traveller, Open Source Enthusiast & Book Lover. Works as Independent Worker & Self-Employer. https://www.excellent.co.id #BisnisHavingFun https://www.vavai.com