Problem Solving
Originally published at Jurnal Kehidupan Vavai.
Jika saya mengambil pembelajaran dari berbagai macam bacaan dan literatur, sesuatu yang besar biasanya dimulai dari hal kecil. Saya belajar dari Linus Torvalds, saat ia membuat sistem operasi Linux, niat awal bukanlah untuk sistem operasi skala besar yang akan banyak digunakan di seluruh dunia. Niatnya hanya sebagai pembelajaran sekaligus sebagai hobi. Pengembangannya berjalan seiring dengan kebutuhan dan ide-ide yang datang hingga akhirnya bisa menjadi sistem operasi Linux seperti sekarang.
Banyak juga bisnis yang besar awalnya berasal dari usaha rumahan yang kecil. Seiring waktu, banyak ide dan pengembangan, hingga akhirnya menjadi bisnis besar.
Pola dan pembelajaran yang sama dalam konteks kecil saya terapkan di rumah kabin Zeze Zahra. Dari foto-foto awal, bisa dilihat proses yang dilakukan, antara lain :
- Saya berpikir untuk menanam sayuran, memelihara ikan dan beternak agar bisa masak dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari jika saya sedang beredar (atau bertempat tinggal) di rumah kabin. Untuk hal ini, saya membuat tambahan kolam ikan dan membuat area tanam disampingnya, tepat di depan rumah kabin.
- Awalnya saya menanam kangkung. Diatas tanah galian kolam ikan, dihamparkan tanah dicampur sekam bakar, kemudian diatasnya ditebarkan biji kangkung
- Setelah beberapa saat, kangkungnya tumbuh dan besar. Sebagian biji kangkung dimakan burung merpati 😀 . Berarti dari 100% modal, belum tentu 100% menghasilkan.
Selain kangkung, ada juga timun suri yang ikutan tumbuh, kemungkinan berasal dari tanah urugan yang digunakan untuk dicampur dengan sekam bakar. Ini artinya rezeki bisa datang dari mana saja, hehehe…
- Panen kangkung. Kangkungnya berkali-kali dipanen karena panennya nggak dicabut, melainkan dipotong menggunakan gunting, jadi bisa tumbuh beberapa kali. Hanya saja tampilan kebun kurang rapi karena sebagian tanah terseret air hujan.
- Selain kangkung, saya bersama Vivian Aulia Zahra dan Zeze Vavai menanam semangka, edamame dan beberapa bibit lainnya termasuk ubi jalar. Karena tanahnya berasal dari galian sawah, tanahnya jadi keras saat kering dan lengket saat basah.
- Untuk mengatasinya, saya membuat kotak-kotak kebun, dibatasi dengan hebel dan diisi dengan campuran tanah, pasir, sekam bakar dan kohe/pupuk kandang. Hal ini mengatasi masalah tanah lempung galian sawah, karena akar tanaman awalnya hanya beredar di kotak kebun, yang subur. Kalaupun akarnya sampai kebawah, tidak full 100% tumbuh ditanah lempung.
- Pada jalur diantara kotak kebun, tempat jalannya jadi becek dan ditumbuhi rumput liar. Untuk mengatasinya, saya menempatkan paving block dan dihampari pasir (nantinya plus kerikil), sehingga tidak becek saat berjalan diantara kotak kebun.
Meski kelihatan njelimet, sebenarnya prosesnya sederhana. Ini kelihatan rumit karena tulisan saya saja, hehehe… Prosesnya juga dijalani secara alamiah, apa yang terpikirkan, budgetnya masuk dan make sense secara manfaat, maka akan saya eksekusi.