Sinergi Jumat Berkah

Masim “Vavai” Sugianto
4 min readJul 11, 2021

Originally published at Masim Vavai Sugianto.

Saya jarang mengikuti WA group alumni sekolah yang membernya banyak. Terlalu banyak percakapan dan saya jarang bisa mengikutinya. Hanya kadang sesekali saya nimbrung diskusi didalamnya. Itu sebabnya saya cenderung skeptis jika diadd ke group yang membernya banyak, karena tidak lama kemudian akan mute atau malah leave.

Salah satu WA group yang membernya cukup banyak namun saya tetap mengikutinya adalah Kasta 92, WA group alumni SMPN 1 Tambun Bekasi, angkatan tahun 1992.

Saya tertarik pada salah satu kegiatan Kasta 92, yaitu kegiatan Jumat Berkah. Tiap hari Jumat mereka mengumpulkan donasi dari alumni, memasak makanan dan mendistribusikannya pada yang membutuhkan.

Harga per bungkusnya adalah 10 ribu rupiah. Jadi para alumni bisa berdonasi apa saja, mulai nasi bungkus (dalam bentuk uang) hingga bensin untuk transportasi rekan-rekan yang mendistribusikannya.

Saya pernah berpikir, dengan 10 ribu bisa membeli apa? Kalau dalam bentuk nasi bungkus, lauknya apa saja?

Hingga kemudian saya menemukan kegiatan sejenis di dekat markas Excellent Premier Serenity, yaitu di masjid SMAN 1 Bekasi. Tiap hari Jumat, team Excellent shalat Jumat disini. Saat satu waktu shalat Jumat disini, saya melihat ada pembagian nasi bungkus Jumat berkah. Wah, keren juga inisiasinya, demikian pikir saya.

Saya masih agak skeptis soal nilai harga nasi bungkus berikut lauknya itu, hingga saya mendengar ucapan seorang saudara yang menjadi salah seorang penjual pisang keliling di Zeze Zahra. Satu saat selepas shalat Jumat saya mampir ke tempatnya berjualan di dekat SMPN 18 Bekasi.

Saya tanyakan padanya, apakah sudah makan? Kalau belum, saya mau belikan makan.

“Sudah”, katanya menjawab pertanyaan saya. Saya pikir sudah makan karena dibawakan makan oleh keluarganya, tapi ternyata bukan.

“Tadi ada yang bagi-bagikan makanan ke pedagang kaki lima disini. Katanya nasi bungkus Jumat berkah”, demikian jawabannya saat saya tanya lebih lanjut.

Ternyata asumsi saya meleset. Mungkin bagi sebagian orang, nilai nasi bungkus sebesar Rp. 10 ribu rupiah, apalagi di kota besar seperti Jakarta atau Bekasi terdengar sebagai jumlah yang kecil dan kalau dijadikan nasi bungkus, nasi dan lauknya tidak seberapa. Namun nasi dan lauk itu bermanfaat bagi penerimanya, bagi para pedagang kecil, para penyapu jalan maupun golongan menengah kebawah lainnya, karena mereka bisa menghemat biaya makan siang dan menambah jumlah uang yang bisa dibawa pulang.

Berdasarkan hal itu, saya berpikir, mungkin saya bisa membuat sinergi lingkup saya untuk menginisiasi hal yang sama.

Jadi saya mendayagunakan PT. Excellent Infotama Kreasindo, PT Aktiva Kreasi Investama, Zeze Zahra & Excellent Farm serta Yayasan Ultima Insani Madania.

Saya mengarahkan dana CSR Excellent dan Aktiva serta Zeze Zahra ditransfer ke rekening Yayasan Ultima. Dari yayasan, sebagian uangnya ditransfer ke rekening keluarga penjual pisang keliling. Saya memintanya membuat nasi bungkus dengan target awal sebanyak 30 bungkus.

Harga per bungkus ditetapkan sebesar 15 ribu, agar lebih leluasa membuat variasi menu untuk nasi bungkusnya dan ada nilai tambah bagi yang memasak.

Nasi bungkus sebanyak 30 bungkus itu dibagikan tiap hari Jumat dan sudah berjalan 2x semenjak pertama kali diniatkan.

Saya jadi ingat cerita ibu saya soal uang sedikit yang bisa berputar. Itu namanya uang berkah. Meski sedikit tapi bisa bermanfaat bagi orang banyak. Uang sedikit dari CSR Excellent, Aktiva, Zeze Zahra ditambah dengan donasi dari keluarga besar staff dan karyawan Excellent bisa disalurkan ke yayasan.

Dari yayasan disalurkan untuk membantu perekonomian sanak saudara atau lingkungan yang kurang mampu, dalam bentuk memintanya membuat nasi bungkus. Selain bermanfaat bagi warga yang menerima nasi bungkus Jumat berkah, kegiatan ini juga bermanfaat karena bisa memberikan pekerjaan dan tambahan pemasukan bagi yang menyiapkan nasi bungkus.

Karena Zeze Zahra juga punya kebun pisang dan hasil sawah, saya berniat menambahkan hasil kebun. Salah satu komponen nasi bungkus adalah nasinya. Jika saya bisa memberikan beras hasil panen sawah Excellent Farm untuk dimasak, jumlah nasi bungkusnya mungkin bisa bertambah karena berasnya tidak perlu membeli.

Banyak yang bertanya, mengapa bentuknya nasi bungkus, karena kesannya jadi seolah-olah disuapi. Mengapa tidak dalam bentuk pekerjaan, seperti analogi tidak memberi ikan melainkan dalam bentuk kail saja agar bisa digunakan untuk menangkap ikan.

Bagi saya pribadi, masing-masing ada porsinya. Nasi bungkus Jumat berkah bermanfaat bagi penerima karena nggak perlu dimasak (berbeda jika diberikan dalam bentuk beras atau mie). Bisa langsung dimakan jadi manfaatnya diterima langsung. Selain itu, karena nilainya terjangkau, setiap orang bisa berdonasi dalam jumlah yang kecil sekalipun, jadi bisa menumbuhkembangkan sifat empati pada orang lain yang kurang beruntung.

Jika para konglomerat dan orang-orang kaya bisa melakukan sinergi hulu-hilir bisnis mereka, mengapa kita juga tidak melakukan hal yang sama dalam lingkup kecil kita, begitu kira-kira pemikiran yang saya dapatkan jika mengamati pola bisnis para taipan dan pebisnis besar di Indonesia.

--

--

Masim “Vavai” Sugianto

Traveller, Open Source Enthusiast & Book Lover. Works as Independent Worker & Self-Employer. https://www.excellent.co.id #BisnisHavingFun https://www.vavai.com