أين الحمام : Where is the Toilet
Selama proses pembelajaran bahasa Arab yang saya jalani sekitar 1 minggu terakhir, saya bertemu kalimat berikut :
أين الحمام
Dan saya jadi ingat cerita beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2017.
Saat itu saya dan keluarga menjalankan ibadah umroh. Zeze Vavai berusia 11 tahun dan Vivian Aulia Zahra berusia 7 tahun. Kami mendarat di Madinah dan setelah beberapa waktu berangkat ke Mekkah.
Saat menjalankan thawaf, muthawif (pembimbing umroh, arti harfiahnya sebenarnya orang yang berthawaf) mewanti-wanti agar jangan sampai kebelet pipis. Karena kalau kebelet pipis harus keluar dari barisan, mencari toilet yang jaraknya cukup jauh dan kembali lagi untuk thawaf.
Karena kita tidak pernah tahu kapan kepingin pipis, ditambah udara yang cukup dingin dan AC yang sejuk, kami sementara tidak minum dulu, hehehe… Daripada nanti kusut harus thawaf terpisah ya lebih baik barengan saja. Meski sekarang saya pikir kan tidak apa-apa juga thawaf sendiri, namun karena rombongan sudah punya jadwal nanti jadi menghambat jadwal tersebut.
Alhamdulillah proses thawaf berjalan dengan lancar. Masalah justru terjadi saat Sa’i, lari kecil antara shafa dan marwa.
Baru 2 putaran jalan dan lari kecil, Zeze Vavai tiba-tiba kebelet. Saya tanya apa bisa ditahan dulu sampai selesai, dia bilang nggak bisa. Ya sudah, akhirnya saya berdua dengan Zeze Vavai berpisah dari rombongan dan mencari toilet.
Kami bertanya pada askar (polisi/tentara Arab Saudi) yang berjaga,
“I’m sorry sir, where is the toilet?”
Dan si Askar melihat kami dengan raut wajah bingung.
“Toilet sir, restroom…”
Kata saya mengulangi dan si Askar tetap bingung. Dia memanggil temannya dan keduanya bicara sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Akhirnya saya mencoba mempraktekkan maksudnya, dalam bentuk seperti orang mau pipis, hehehe..
Akhirnya si Askar paham. Dia menunjuk ke suatu arah, kemudian bicara panjang lebar yang kira-kira mungkin, “Nanti kamu lihat ada tulisan. Dari situ kamu belok kiri terus ke kanan ikuti arah nah nanti banyak orang pipis disana”
Hahaha, ya sudah kami berdua mengucapkan terima kasih dan kabur ke toilet yang ditunjuk. Benar yang Askar bilang, kami mesti belak-belok kesana kemari baru kemudian melihat plang toiletnya.
Setelah selesai dan wudhu kembali, saya dan Zeze Vavai kembali ke tempat Sa’i dan meneruskan sa’i yang tertunda.
Alhamdulillah ibadah umrohnya berjalan dengan lancar dan saat pulang dari Masjidil Haram ke hotel, kami dicegat orang Pakistan yang menawarkan, “Ayo gundul-gundul, 5 riyal 10 riyal…”
Beneran, orang-orang Pakistan itu menawarkan jasanya untuk mencukur dengan kalimat itu, mungkin karena banyak orang Indonesia yang menjadi target mereka untuk dicukur gundul, sekaligus merapikan saat rambut kita digunting di tahapan tahalul. Kita tinggal bilang berapa centimeter sisa rambut gundulnya.
Beberapa tahun kemudian, saya baru paham bahwa nanya kamar kecil ke petugas cukup bilang :
أين الحمام
Sekarang vocabulary saya sedikit-sedikit bertambah. Andaikan saya dulu niat belajar bahasa Arab dan minimal bisa basic conversation, mungkin saya bisa sedikit banyak cas cis cus dan bisa nanya :
من أين أنت
Alih-alih nanya, “Where are you from?” seperti yang selalu saya lakukan pada jamaah di sebelah kiri atau kanan saya 😊
Originally published at https://www.vavai.com on March 20, 2023.